Dalam
menjalani kehidupan duniawi ini, setiap individu atau manusia pasti mengalami
lika-liku kehidupan yang membuat manusia itu merasa bahagia dan sedih silih
berganti. Saya juga merasakan hal itu sepanjang hidup saya, kadang saya merasa
bahagia, kadang juga merasa sedih. Saya merasa bahagia ketika hal-hal yang saya
impikan, saya dambakan itu terkabul maupun tercapai dengan jerih payah saya
sendiri, terkadang melalui hal-hal yang tidak kita duga datangnya. Sama halnya
dengan kebahagian, kesedihan ataupun keputusasaan datangnya juga tidak menentu,
kadang hal yang kita inginkan atau kita anggap akan membuat bahagia sekalipun,
seringkali membuat kita kecewa dan sedih.
Ya itulah hidup, kita tidak bisa
menebaknya akan seperti apa kedepannya, bagaimana jalannya, kemana arahnya,
akan bahagia ataukah kesedihan yang akan menghampiri kita. Ketika sedang dalam
keadaan bahagia sering kali saya merasakan seluruh dunia menjadi milik saya
sendiri dan berpihak pada saya, namun ketika kesedihan itu menghampiri hidup
saya ini, saya merasakan dunia bahkan orang-orang disekitar saya tidak berpihak
pada saya, kemana orang-orang terdekat saya ketika saya sedang merasa
dihinggapi kesulitan. Namun ada satu sosok yang tetap membuat saya merasa utuh
dan tidak membuat saya merasa terbelakang dan terkucilkan, yaitu bunda saya.
Bunda, manusia pertama yang saya
temui dimuka bumi ini, tak heran setiap ada masalah suka maupun duka saya
selalu menceritakan kepadanya, semua hal saya ceritakan, dari saya sedang
merasa senang, sedih, dan marah. Terkadang bunda menjadi “pendigin” ketika hati
saya panas karena emosi yang meluap-luap. Bunda juga selalu memberikan saya
arahan bagaimana menjalani kehidupan ini, seluk beluk kehidupan, serta jatuh
bangunnya kehidupan duniawi ini.
Intropeksi diri menurut saya sendiri
adalah sebuah proses dimana kita mengamati diri sendiri. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, introspeksi diri merupakan peninjauan atau koreksi terhadap
perbuatan, sikap, kelemahan, serta kesalahan dari diri sendiri.
Intropeksi
diri biasa disebut pula dengan istilah kontemplasi atau refleksi diri.
Ketiganya memiliki pengertian yang sama, yaitu melihat diri sendiri dan
melakukan pengungkapan pikiran dalam pemikiran yang disadari. Intropeksi diri
merupakan lawan dari ekstropeksi. Jika intropeksi merupakan proses dalam
melihat diri sendiri, maka ekstropeksi merupakan proses pengamatan yang
dilakukan terhadap objek-objek di luar diri. Intropeksi diri merupakan cara
yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalah yang sedang kita alami atau
yang sudah kita alami. Tapi menurut saya sendiri intropeksi diri sendiri sangat
meragukan dalam memecahkan permasalahan, karena sifatnya subjetif dalam artian
kita tidak bisa mengukur permasalahan psikologi kita sendiri.
Pribadi
saya sendiri, melakukan intropeksi diri sendiri adalah menyadari kelemahan diri
sendiri, mengintropeksi dalam setiap aspek kehidupan pribadi karena intropeksi
merupakan proses menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Ketika
kita ingin mengintropeksi diri sendiri, membayangkan diri kita berada pada
posisi yang paling rendah, karena dengan kerendahan hati inilah kita akan mampu dan bisa menyadari
kesalahan yang telah kita buat, melakukannya dengan ikhlas, maka kita tidak
akan melewatan setiap prosesnya, karena dari situlah kita belajar agar tidak
terjebak dalam lingkaran yang sama. Banyak dari kita melakukan intropeksi
ketika mereka telah mengalami sebuah kegagalan, tentu hal ini tidak salah,
karena intropeksi membuat kita menyadari kesalahan kita dan agar mampu menjadi
pribadi lebih baik kedepannya.
Hal
itulah mengapa intropeksi diri penting untuk pribadi saya, karena membuat saya
bisa menyikapinya lebih dewasa dan membuat pribadi saya lebih baik. Walau
terkadang saya kembali kelubang permasalahan yang sama, saya sudah bisa
menyikapinya, karena saya sudah pernah berada diposisi itu, dan harus bagaimana
saya menyikapinya hingga keluar dari masalah ini.
Pengalaman
memang membuat saya menjadi lebih baik dari sekarang ini, karena memang
pengalaman mengajarkan kita arti kehidupan yang sesungguhnya tinggal bagaimana
kita meyikapinya dan mencari jalan keluarnya. Sehingga pengalaman memberikan
pelajaran bahwa masalah itu tidak serta merta membuat kita menjadi sosok yang
sombong, melainkan rendah diri.
Ketika
melakukan intropeksi diri jangan pernah menyalakan orang lain, karena ketika
melakukan intropeksi diri tidak mudah bagi kita menyalahkan orang lain karena
kita sendiri mungkin memiliki kesalahan yang sama atau kesalahan yang lebih besar
dari orang lain. Intropeksi juga menumbuhkan saya tentang rasa tanggung jawab,
karena intropeksi diri adalah sebuah renungan dari hari atas kesalahan yang
telah diperbuat ataupun kekurangan yang saya miliki.
Melangkah
lebih baik dari esok hari, intropeksi menurut saya adalah sebuah harapan atau
cahaya yang menuntun saya dalam lingkaran kegelapan, dimana harus mampu
mengambil keputusan terbaik atas langkah yang harus dilakukan demi esok hari dan
berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Terima
kasih untuk pengalaman yang telah menemui saya selama hdup saya ini, mungkin
tanpa masalah hidup ini tidak berarti apa-apa hanya mengambang seperti daun
yang gugur diterpa angin.